Kamis, 10 Maret 2011

PROSES TARI BERDASARKAN GARAPANNYA

TINGGAL PENCET!!!!!! 
Bila diperhatikan berbagai perwujudan tari mempunyai nuansa penggarapan yang berbeda-beda, nuansa garap adalah sebuah sentuhan yang mewarnai wujud tarian, dipengaruhi oleh latar belakang budaya tarian tersebut lahir, ataupun sumber yang dijadikan inspirasi ketika tarian tersebut dilahirkan.
Beberapa nuansa yang nampak dalam perwujudan tari dapat dikatagorikan sebagai berikut :
>    Perwujudan tari bernuansa tradisi kerajaan/keraton
>    Perwujudan tari bernuansa tradisi kerakyatan
>    Perwujudan tari bernuansa tradisi garapan baru
>    Perwujudan tari bernuansa tradisi kekinian/kontemporer/kreasi/modern

1. Perwujudan tari bernuansa tradisi kerajaan/keraton
Merupakan tarian yang pada mulanya berhubungan dengan kehidupan di kraton, misalnya untuk upacara kerajaan/keraton, upacara penyambutan tamu ataupun upacara2 lainnya.
Perwujudan tari bernuansa tradisi kerajaan/keraton, antara lain:
1.1.    Tari Buang sangkal (pada zaman keraton Sumenep)
1.2.    Tari Gambuh (pada zaman Keraton Sumenep)
1.3.    Wayang Topeng Malang (pada zaman Kerjaan kediri)

2. Perwujudan tari bernuansa tradisi kerakyatan
Merupakan tarian yang hidup dan berkembangnya di lingkungan masyarakat, meskipun ada diantara tarian itu yang pada mulanya merupakan tarian kerajaan/keraton, ketika kerajaan runtuh atau kepemerintahan keraton sudah tidak ada akhirnya tarian tersebut berkembang di lingkungan masyarakat dengan sendirinya, tidak terlalu bertumpu pada pola atapun nilai-nilai yang sudah tertata sebelumnya, tetapi lebih leluasa mengikuti perubahan ataupun sesuai dengan kemampuan transformasi nilai yang terjadi antar generasi.
Perwujudan tari bernuansa tradisi kerakyatan, antara ain :
2.1.     Tari Ngremo
2.2.     Tari Jejer Gandrung
2.3.     Tari Tiban/Ojung
2.4.     Tari Tandhakan
2.5.    Tayuban
2.6.    Sindir
2.7.    Lengger
2.8.    Orek2
2.9    Tari Mung De
2.10.    Tari Bulkio
2.11.    Tari Reyog Ponorogo
2.12.    tari Jaranan
2.13.    Tari Slempangan
2.14.    Tari Terbang Badung
2.15.    Tari Glipang
2.16.    Tari Dungkrek
2.17.    Tari Topeng Gethak
2.18.    Tari Topeng Kaliwungu
2.19.    Tari Kuntulan
2.20.    Tari Terbang Jidor
2.21.    Tari Jaranan Dril


3. Perwujudan tari tradisi garapan baru
Merupakan tarian yang digarap berdasarkan pendekatan baru tetapi masih bersumber dari kerangka tradisi.
Perwujudan tari bernuansa tradisi garapan baru, antara lain :
3.1.     Tari Genitri (Malang)
Tarian ini digarap dengan pendekatan teknis tari bersumber dari wayang topeng Malangan dengan mencoba mencari pola dan struktur yang dikembangkan.
Tata gerak tari digarap oleh Suwito HS dan musik iringan digarap oeh Sumantri.
3.2.     Tari Kembang genjret (Malang)
Tarian ini digarap dengan pendekatan teknis tari bersumber dari wayang topeng dan tandhakan versi Malangan serta berpijak pad pola-pola ritmis gending/lagu dari karawitan Malangan dengan mencoba mencari pola dan struktur yang dikembangkan.
Tata gerak tari digarap oleh Chatam AR dan musik iringan tarinya digarap oleh Suwarno.
3.3.     Tari Sekarsari (Malang)
Tari sekarsari digarap dengan pendekatan pada kondisi social budaya Jawa-Madura yang hidup di wilayah Malang, teknis tari dan musik iringannya bersentuhan dengan nuansa Jawa-Madura.
Tata gerak tari digarap oleh Chatam AR dan musik iringan digarap oleh Sumantri.
3.4.     Tari Karapan sape (Madura)
Tarian ini digarap dengan bersumber dari proses arak-arakan sape sebelum dipacu.  Garapan tarinya berupaya memberikan sentuhan baru dalam teknis tari Madura.
3.5.     Tari Antiririt (Ngawi)
Tarian ini diilhami dari kesenian rakyat jaranan yang berkembang di wilayah Ngawi, diinterpretasikan kembali secara bebas dengan pendekatan struktur koreografi yang lebih leluasa, genit, ceria, lincah.
Tata gerak taria digarap oleh Kunik Dyah Atmawati, SSn, MPd, musik iringan tari digarap oleh Suripto
3.6.     Tari Bokinul (Ngawi)
Diangkat dari kehidupan seorang Demang di kademangan Jogorogo, setiap istirahat ia selalu menari-nari dengan diiringi gending Bokinul.  Diihami dari spirit gending bulkio, diinterpretasikan kembali dalam struktur koreografi yang tidak lagi terikat dengan pola lama.
Tata gerak tari & tata busana digarap oleh Kunik Dyah Atmawati, SSn, MPd dan musik iringan tari digarap oleh Suripto
3.7.    Tari Banjar Kemuning (Sidoarjo)
Tarian ini berangkat dari kondisi social budaya masyarakat di desa Banjar Kemuning Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo, menceriterakan bagaimana kehidupan para wanita istri nelayan ketika ditinggal oleh suaminya pergi ke laut untuk mencari ikan.
Tata gerak tari digarap oleh Agustinus Hery Sugianto, musik iringan tari digarap oleh Joko Susilo.
3.8.    Tari Edreg (Ponorogo)
Edreg adalah sebuah istilah untuk menyebutkan prilaku manusia yang mengarah kesamping, berangkat dari tarian jathil, tari edreg mencoba mencari terobosan baru sentuhan koreografi dan musik iringan yang lebih membuka pola ritmis maupun pola gerak tarinya.
Tata gerak tari digarap oleh Juni Kadarisman & Heru Subeno, musik iringan tari digarap oleh
3.9.    Tari  Warok (Ponorogo)
Warok pada mulanya tiada gerak tari yang baku, umumnya warok selaku tokoh sakti hanya mendampingi jatilan di depan dadhak merak, warok hanya action dengan gaya langkah yang menirukan tokoh-tokoh warok tempo dulu.  Dengan melakukan pendekatan karakter dan latar belakang keberadaan warok sebagai tokoh sakti, maka tari warok digarap dengan sentuhan koreografy yang dikembangkan dengan tetap bertumpu pada nafas reyogan.
Tata gerak tari digarap oleh Heru Subeno.
3.10. Tari Eblas (Surabaya)
Penggarapan tari eblas ini beangkat dari ide tentang keberadaan topeng sebagai sebuah karya seni yang unik di Jawa Timur, nuansa garapnya lebih dekat ke Jawa-Madura yang dilahirkan dengan iklim budaya Surabaya.
Pada mulanya konsep koreografinya menggunakan topeng, dalam perkembangan berikutnya topeng sdh sangat jarang dikenakan oleh penari, shg lebi menonjolkan wajah aslinya.
Tata gerak tari digarap oleh Arif Rofiq, musik iringan tari digarap oleh Subiantoro & Bambang SP
3.11.    Tari Gandrung Dor (Banyuwangi)
Tari Gandrung Dor diilhami dari penamilan penari gandrung yang mempunyai intensitas gerak yang patah-patah disertai/diperkuat dengan musik iringan jidor.  Model tata busana dan pendekatan keragaman gerak tari secara umum tetap berpijak pada tari Jejer Gandrung.
Tata gerak tari digarap oleh Subari, musik iringan tari digarap oleh Sunardiyanto
3.12.    Tari Jaran Butho (Banyuwangi)
Perkembangan tari Jaranan di wilayah Banyuwangi mengilhami kretor tari Jaranan yang bersentuhan dengan kesenian Banyuwangi, maka lahirlah Jaran Buto.  Musiknya sudah digarap tidak seperti musik tari jaranan pada umumnya yang hanya terdiri dari kenong-kempul-gong-slompret dan kendang, tetapi menggunakan alat musik gamelan Banyuwangi lengkap dengan lagu-lagu tertentu yang menggambarkan tentang jaran buto.
Property kuda kepang juga berkepala Yaksa dengan pewarnaan maupun motif ukiran (ornament khas Banyuwangi) .  Tata gerak tari & busana tari digarap oleh Sumitro Hadi.
3.13.    Tari Batik Gajah Oling (Banyuwangi)
Keberadaan kerajinan batik di Banyuwangi mempunyai sentuhan karakteristik tersendiri, misalnya dengan motif batik Gajah Oling yang berlatar belakang putih dengan motif lengkungan yang besar-besar.   Keunikan ini menumbuhkan inspirasi untuk menungkannya dalam sebuah tarian yang diberi nama tari batik gajah oling, para penari menggunakan busana kain batik motif gajah oling.  Tata gerak taria & busana tari digarap oleh Sumitro Hadi
3.14.    Hadrah Kuntulan (Banyuwangi)
Berangkat dari kekuatan motif dan karakteristik gerak-gerak tari yang muncul dalam penampilan para penari saat pertunjukan Kuntulan semalam suntuk, memberikan ilham dan inspirasi untuk mewujudkan sebuah penataan baru yang memanfaatkan keragaman gerak tari yang ada kedalam sebuah susunan tari yang berstruktur.
Nama hadrah itu sendiri diangkat dari nama sebuah pelaksanaan ritual Islami dengan memainkan Hadrah yang semua pelakunya adalah laki-laki.
Tata gerak tari & busana tari digarap oleh, musik iringan tari digarap oleh
3.15.    Tari Punjari
Punjari diilhami dari keunikan salah seorang penari gandrung lanang yang mempunyai motif gerak-gerak spesifik, sentuhan nilai tersebut diangkat dan dikembangkan melalui penggarapan tari Punjari.
Tata gerak tari, musik iringan tari & busana tari digarap oleh Sahuni
3.16.    Tari Putri Mojo (Mojokerto)
Keberadaan wanita pada jaman Mojopahit menjadi sebuah riwayat yang sangat mengenang dalam generasi saat ini, untuk itu peñata tari mengsplorasikannya keindahan wanita mojopahit tersebut dalam tari berjudul Putri Mojo.
Tata gerak tari & busana tari digarap oleh Setu, musik iringan tari digarap oleh Sutrisno dengan berakar dari nuansa Jawa Timuran Mojokerto.
3.17    Tari  Anyelok (Probolinggo)
Mencari air di mata air merupakan salah satu kesibukan para wanita di daerah pegunungan di wilayah Probolinggo, mengambil air dengan sebuah alat khusus yang terbuat dari bambu (bumbung).  Para wanita mengenakan jarit setinggi tungkai dan menggunakan penutup kepala dari kain slendang.
Gambaran ini dituangkannya kembali oleh peñata tari dalam tarian anyelok.  Anyelok berarti mengambil atau menggayuh air.  Pendekatan teknis penggarapan tari maupun musik mengacu pada  sentuhan nuansa mandalungan yang mengkolaborasikan nuansa lengger, madura, Jawa Timuran dan banyuwangi.
Tata gerak tari, musik iringan tari & busana tari digarap oleh Peny Priyono.
3.18.    Tari Kiprah Lengger (Probolinggo)
Lengger adalah kesenian rakyat di Probolinggo yang sudahlangka, semula tinggal satu grup yang kini terpecah menjadi dua grup.   Secara rutin mereka menggelar Lenggeran di pasar Kota Probolinggo, penggemarnya adalah para pekerja bangunan, tukang becak dan pekerja lainnya yang benar-benar penggemar kesenian Lengger.
Salah satu bagian tari yagng digunakan untuk membuka acara Lengger memberikan inspirasi kepada peñata tari untuk menggarapnya kembali dalam bentuk tari kiprah lengger.
Tata gerak tari, musik iringan tari dan busana tari digarap oleh Peny Priyono
3.19.    Tari Kembang Mayang (Probolinggo)
Dari pengalaman berkesenian melalui aktifitas di lingkungan kesenian Lengger, kesenian Madura dan Banyuwangi, peñata tari mencoba mengeksplorasikannya dalam sebuah garapan tari berjudul kembang mayang.
Kembang mayang diambil dari nama sebuah desa Mayangan, kembang artinya bunga, dimaksudkan dalam tarian ini bukan tari bunga mayang, tetapi maksud dari kembang mayang adalah inti keindahan yang sedang meruang di wilayah Mayangan.
Tata gerak tari, musik iringan tari & busana tari digarap oleh Peny Priyono dengan memanfaatkan sentuhan nuansa mandalungan yang mengkolaborasikan nuansa kesenian lengger, kesenian madura, jawa timuran  dan kesenian banyuwangi.
3.20.    Tari Kiprah Glipang (Probolinggo)
Bagian awal dari pertunjukan Glipang di Probolinggo ditamilkan tari-tarian yang mempunyai struktur tari secara khusus, tarian tersebut disebutnya dengan nama kiprah glipang.
Pada awalnya pertunjukan bagian tari kiprah glipang ini cukup lama, antara 30 menit hingga 60 menit, kini keragamannya ditata kembali dengan durasi penyajian hanya 10 menit.
Tata gerak tari, musik iringan tari & busana tarian digarap oleh Suparmo (sebagai pengendang yang juga sekaligus pemilik dan ketua grup Glipang di desa Maron, Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo.
3.21.    Tari Tayung Giri (Gresik)
Nuansa Islami mempunyai pengaruh ke beberapa bentuk kegiatan seni sebagai media dakwah antara lain dalam bentuk tari tayungan pada kesenian Tayungan yang hidup di desa Golokan Kecamatan Sedayu Kabupaten Gresik.
 Unsur gerak pada tayungan ini dianggap mempunyai kekuatan symbol tentang pengungkapan manusia kepada nilai-nilai spirit ketuhanan, maka beberapa perbendaharaan gerak tersebut digarap kembali menjadi sebuah tari yang berstruktur dengan pendekatan baru yang bertumpu pada kesenian tayungan, ngaji songotan, terbangan Giri.
Tata gerak tari & busana tari digarap oleh Cahyono Yhudi Atmaji, musik iringan tari digarap oleh Subiantoro.  Digarap tahun 1986, sampai saat ini sudah dikembangkan melalui proses pengajaran tari di sekolah di wilayah Kabupaten Gresik.
3.22.    Tari Emprak (Blitar)
Penyajian penari wanita pada kesenian andongan di Blitar memberikan inspirasi kepada piñata tari untuk menggarapnya kembali dalam sebuah repertoar tari yang berdiri sendiri
Tata gerak tari & busana tari digarap oleh Pramuka Atmadji, musik iringan tari digarap oleh Subiantoro, Bambang SP
3.23.    Tari Ning Sariti (Surabaya)
Ning Sariti adalah nama seorang tandhak (penari tandhakan) di wilayah Benowo pada tempo dulu. Beangkat dari aktifitas kesenian tandhakan yang masih ada dan ceritera para penggemar seni tandhakan tentang Ning Sariti, dibuatlah sebuah tarian berjudul Ning Sariti.
Tata gerak tari digarap oleh Sulisno, Tata busana tari digarap oleh Lis Banowati.
3.24.    Tari Ning Kusuma (Surabaya)
Ning adalah sebutan bagi seorang wanita di Surabaya, gaya dan tingkah laku wanita Surabaya yang spesifik tersebut (lincah, lugas, kenes) maka mengilhami peñata tari untuk mengeksplorasikannya kedalam sebuah tarian yang mengacu pada teknis tari ngremo dan tandhakan.
Penggarapan tarian ini masih sangat berpijak pada pla-pola dan teknis tari tardisi Surabaya utamanya mengacu pada tari ngremo dan tandhakan.
Tata gerak tari & busana tari digarap oleh Adelina Sulistyoningsih, musik iringan digarap oleh Tri Broto Ws
3.25.    Tari Ning Sari (Surabaya)
Tarian ini berangkat dari kehidupan dan tingkah laku wanita Surabaya yang mempunyai cirri tersendiri (lugas, lincah, kenes).  Penggarapan tari Ning Sari ini bertumpu dari tehnik tari yang masih bersentuhan dengan teknis tradisi yang sangat longgar. Tata gerak tari & busana tari digarap oleh Dyaztiarni, musik iringan tari digarap oleh Seno.
3.26.    Tari Landungasih (Surabaya)
Tarian ini diilhami dari sifat manusia yang suka berbagai kasih terhadap sesamanya, landingasih adalah bahasa jawa yang terdiri dari kata landing dan asih.  Landung berarti leluasa atau longgar sedangkan asih berarti kasih.
Tarian ini digarap dengan mengacu pada keragaman dan roh kesenian Reyog Ponorogo yang secara koreografis dikembangan secara tidak mengikat.
Tata gerak tari & busana taria digarap oleh Elok Januarwati & Susiana, musik iringan tarai digarap oleh Tri Broto Ws
3.27.    Tari Lenggang Wetanan (Surabaya)
Lenggang merupakan dialektika bahasa Jawa timuran untuk menyebutkan liak-liuknya orang berjalan, wetanan maksudnya adalah Jawa Timuran.
Tarian ini diilhami dari tingkah laku atau gaya orang2 Jawa Timur saat berjalan dalam aktifitas sehari-hari.
Ragam gerak tari digarap dengan mengacu pada keragaman dan roh kesenian Reyog Ponorogo yang secara koreografis dikembangan secara tidak mengikat.
Tata gerak tari & busana tari digarap oleh Dini Ariati, musik iringan taria digarap oleh Tri Broto Ws
3.28.    Tari Merak Sumirat (Surabaya)
Riwayat burung merak di Jawa Timur sudah sangat langka, meskipun Reyog Ponorogo merupakan symbol tentang betapa betapa akrabnya masyarakat sekitar dengan burung merak.
Kelangkaan ini memberikan dorongan kepada piñata tari untuk mengungkapkan imajinasinya tentang kebesaran burung merak melalui pendakatan teknis dan nafas estetika Jawa Timuran.
Tata gerak tari & busana tari digarap oleh Ari Setyowati & Adelina Sulistyoningsih, musik iringan tari digarap oleh Moch RB Zaeni.
3.29.    Tari Tandhang Tayub (Surabaya)
Keragaman gerak tari dan musik di lingkungan tayuban atau tandhakan merupakan sederetan bentuk yang sangat unik, karena diantara lagu dan gerak tarian mereka banyak mempunyai gaya spesifik, gagah, gecul, rongeh.
Berbagai sentuhan tersebut oleh piñata tari disusun kemali dalam sebuah struktur tari yang tetap berpijak pada teknis tradisi yang kental.
Tata gerak tari, busana tari dan musik iringan tari digarap oleh Tri Broto Ws
3.30.    Tari Gelang Soko (Surabaya)
Diilhami dari kehidupan masyarakat madura di pinggiran kota Surabaya, menggunakan gelang pada kaki merupakan hal yang unik. Keunikan tersebut digarapnya dalam sebuah karya tari dengan bertumpu pada nuansa tari Jawa-Madura.
Tata gerak taria & busana tari digarap oleh Ari Sestyowati, musik iringan tari digarap oleh Tri Broto Ws
3.31.    Tari A Bunga Ate (Surabaya)
Berangkat dari symbol tentang suasana hati yang diibaratkan sedang mekar seperti bunga, A Bunga adalah bahasa madura yang berarti Bunga (kembang), ate adalah hati, piñata tari mengungkapnya kembali secara imajinatif dalam bentuk tarian yang bertumpu pada nuansa tarian Madura-Jawa.
Tata gerak tari & busana tari digarap oleh Adeloina Sulistyoningsih, musik iringan tari digarap oleh Tri Broto Ws
3.32.    Tari  Jurit Pidhegsa (Surabaya)
Tarian ini menginterpretasikan tentang prajurit laki-laki pada masa Mojopahit, penggarapannya bertumpu pada nuansa dan tehnik tari Suroboyoan (Ngremo dan tandhakan) dengan menggunakan property toya.
Tata gerak tari, busana tari dan musik iringan tari digarap oleh Tri Broto Ws, SPd, MSi
3.33. Tari  Galuh Kusumaning Jurit (Surabaya)
Berangkat dari ceitera tentang keberadaan prjurit wanita pada masa kerajaan Mojopahit, tarian ini digarap menginterpretasikan keluwesan dan ketangkasan prajurit saat itu.
Nama Galuh kusumaning jurit diangkat dari nama semenanjung Surabaya yaitu Jung Galuh, Kusuma berarti mengembang, jurit dari kata prajurit.
Penggarapannya bertumpu pada pola-pola tari Ngremo dan tandhakan yang dikembangkan dengan imajinasi gerak keprajuritan.
Tata gerak tari, busana tari dan musik iringan tari digarap oleh Tri Broto Ws, SPd, MSi
3.34.    Tari Manik Moyo (Surabaya)
Manikmoyo diangkat dari bahasa jawa yang berasal dari kata manik dan maya, manik adalah gemerlapan dan maya adalah semu. Dengan bertumpu dari pola-pola dan tehnik tari Ngemod an tandhakan tarian ini dieksplorasikan secara interpretative.
Tata gerak tari dan busana tari digarap oleh Arimukti Setyorini, SPd, musik iringan tari digarap oleh Tri Broto Ws, SPd, MSi
3.35.    Tari Oglor  (Pacitan)
Konsisi sosisl budaya masyarakat Pacitan yang bernuansa kebudyaan jawa dan islami memberikan sentuhan imajinasi kepada piñata tari untuk mengeksplorasikannya kembali dalam sebuah tarian bernama oglor.
Tata gerak tari & busana tari digarap oleh Drs.Sukarman, MPd
3.36.    Tari Branyak (Sumenep)
Tarian ini pada awalnya merupakan bagian dari pertunjukan wayang topeng, karena mempunyai kekuatan gerak dan karakter sebagai tarian putra yang lincak, dimunculkan sebagai sebuah perbendharaan tari yang berdiri sendiri.
Tata gerak tari dan musik iringan digarap oeh Drs. Baisuni (mantan kepala Seksi Kebudayaan Kabupaten Sumenep)
3.37.    Tari Topeng Kaliwungu (Lumajang)
Tari topeng Kaliwungu ini berangkat dari pertunjukan wayang topeng yang ada di desa Kaliwungu Kabupaten Lumajang. Tarian topeng ini pada mulanya sebagai bagian dari pertunjukan sandur di Lumajang, terutama ditampikan pada bagian awal.
Bagian dari penyajian yang umumnya digunakan untuk mengawali pertunjukan tersebut diangkat sebagai tarian lepas dengan nema Topeng Kaliwungu.
Kini tariannya telah diselamatkan menjadi materi pembelajaran di Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta, sementara di Kaliwungu sendiri sudah tidak ada penerusnya.
3.38.    Tari Topeng Gethak (Pamekasan)
Tari Topeng Gethak merupakan salah satu bentuk tari topeng yang masih hidup di Pamekasan.   Tarian ini diperkirakan merupakan percikan dari Wayang Topeng Madura yang saat itu hanya bisa dinikmati didalam keraton Sumenep.
Pengejawantahan dari sosok tokoh pewayangan Prabu Bolodewa, warna topeng putih adalah melambangkan kesucian, hal ini sesuai dengan filosofi orang Madura bahwa Tokoh Bolodewo sesuai dengan jiwa mereka.
Konon Pada saat pergelaran di keraton, apabila gending ayak sudah dibunyikan, itu merupakan pertanda bahwa tokoh Bolodewa sudah mulai tampil, hal ini merupakan bagian yang paling dinanti oleh penonton, penontonpun naik tembok keraton yang tinggi.
Diantara penonton tersebut kemudian menirukannya dalam bentuk tarian topeng Gethak dengan musik iringan yang biasa digunakan oleh masyarakat pada umumnya adalah musik kenong telok, geraknya kuat patah-patah, warna topeng putih.
Berdasarkan pendekatan karakteristiknya, tarian ini lebih berkarakter kuat, keras dan gagah.    musik iringannya juga hanya menggunakan musik kenong telok, terdiri dari ketuk, kempul gong, kendang dan sronen.  Sedangkan penari menggunakan sapu tangan pada tangan kanan.
Pada mulanya tari gethak juga disebut sebagai klonoan, dilakukan oleh dua penari laki-perempuan, merupakan gambaran sepasang manusia yang sedang berkelana.   Penari laki membawa property senjata tombak kecil yang menggambarkan senjatanya Bolodewo bernama sinenggolo.  Pola permainan property tombak kecil tersebut diputar-putar dengan tangan kanan sambil melakukan gerakan, perkembangan berikutnya property tombak tersebut beralih menjadi kain umumnya berwarna kuning atau merah berukuran selebar saputangan.
Topeng Gethak yang saat ini masih hidup merupakan hasil revitalisasi. Tata gerak tari digarap kembali dan dikembangkan secara interpretative oleh Drs.H.Parso Adiyanto,MBA,MM pada tahun 1980-an.
3.39.Tari Dungkrek (Madiun)
Tarian ini digarap dari kesan arak-arakan dengan gerak improfisasi, kemudian diinterpretasikan kembali dalam suatu bentuk revitalisasi garapan tari Dungkrek dengan garapan tari yang berstruktur dan dapat disajikan sebagai tontonan, tata gerak tari dan musik iringan digarap oleh Suwondo (mantan Kepala Seksi Kebudayaan Madiun).
3.40.    Tari Thuk2 Bruk (Madiun)
Sentuhan nilai tentang kekuatan negative yang ada pada arak-arakan Dungkrek dalam upacara bersih desa, dieksplorasikan kedalam bentuk karya tari bernama Thuk-Thuk Bruk. Tata gerak tarai dan musik iringan digarap oleh Suwondo (mantan Kepala Seksi Kebudayaan Madiun)
3.41.    Tari Topeng Estri (Madiun)
Filosofi topeng melatar belakangi peñata tari untuk menyikapi keberadaan sosok manusia dengan berbagai topeng yang dikenakan pada wajahnya.
Wanita dan topeng memberikan gambaran tentang kehidupan manusia yang menyimpan sesuatu yang tak mudah diketahui oleh orang lain.
Manusia suka bermainn topeng, untuk itu peñata tari memanfaatkan topeng sebagai property tari yang digarap sebagai pengungkapan sosok wanita dengan topengnya.
3.42.    Tari Putri Mojo (Mojokerto)
Mojokerto sebagai pewaris kerajaan Mojopahit telah menyimpan seribu kenangan, termasuk didalamnya adalah upacara arak-arakan temanten yang dipenuhi dengan para wanita yang membawa property rontek sehingga lebih memeriahkan suasana.
Sentuhan nilai-nilai yang terdapat pada arak-arakan manten tersebut diungkapkannya dalam bentuk garapan tari berjudul Putri Mojo.
Tata gerak tari dan busana tari digarap oleh Setu,SSn, musik iringan tari digarap oleh Sutrisno,SSn.
3.43.    Tari Tandhang Pajuan (Pamekasan)
Berbagai keragaman gerak tari yang pada mulanya dituangkan secara improfisasi oleh para pelaku tayub/andongan di Pamekasan mengikuti pola atauoun kesan musiknya. Sehingga judul musik banyak yang digunakan untuk menyebut sebuah tarian yang dinginkan. Dengan pendekatan kondisi social budaya pada kesenian tayub atau andongan tersebut tari Tandhang Pajuan ini diwujudkan.
Tandhang  (baca: tandheng) yang artinya gerak dan pajuan yang artinya berhadap-hadapan.
Tata gerak tari dan busana dan musik iringan tari digarap oleh Drs.H.Parso Adiyanto.MBA, MM
3.44.    Tari Kethek Ogleng (Pacitan)
Tari kethek ogling semula merupakan suatu bentuk kesenian rakyat yang hidupnya dengan cara ngamen kelliling desa/kampong, dalam perkembangannya kemudian diangkat menjadi sebuah tontonan yang digelar diatas panggung, pemainnya terdiri dari satu pemain kera putih dan satu penari wanita berperan sebagai Endang Loro Topme.  Alat musik yang digunakan untuk mengiringi tarian kethek ogling adalah seperangkat gamelan pelog-slendro dengan motif atau tehnik penggarapan berpola pada Surakarta/Yogyakarta (Mataraman)
Pada mulanya unsure tari dilakukan secara improfisasi dan yang menonjol adalah melantunkan tetembangan secara bergantian, kini sudah banyak yang digarap, setiap penari mempunyai pola/gaya tari/versi kreatifitas sendiri-sendiri.
3.45.    Tari Tayung Giri (gresik)
Tarian ini digarap dengan bersumber dari tari tradisi tayungan yang ada di desa Gorokan, Kecamatan  Sedayu Kabupaten Gresik sebagai upaya pengembangan tari tradisi di wilayah Gresik.  Penarinya adlah wanita dengan busana yang tetap bernuansa Muslimah.
Tata gerak tari dan busana Cahyono Yhudi Atmadji, Musik Subiantoro th 1986
3.46.    Kembang Latar (Ngawi)
Berangkat dari tari orek-orek sebagai salah satu tarian rakyat yang berkembang di wilayah Ngawi, diinterpretasikan kembali dalam bentuk tarian yang baru dengan nama tari Kembang Latar.
Tata gerak tari dan busana tari digarap oleh Kunik Dyah Atmawati, SSn, MPd, musik iringan digarap oleh Suwandi,SSn
3.47.    Gaplik( Ngawi )
Berangkat dari tradisi upacara sedekah bumi yang diisi dengan sebuah kesenian bernama gaplik, menggunakan property bamboo ukuran kecil.
Peristiwa tersebut diinterpretasikan kembali secara imajinatif dalam bentuk garapan baru dengan memanfaatkan tahnik tarian rakyat Ngawi yang dikembangkan secara bebas.
Tata gerak tari dan busana tari digarap oleh Kunik Dyah Atmawati, SSn, MPd , musik iringan taria digarap oleh Suwandi,SSn

4. Perwujudan tari bernuansa tradisi kekinian/konteporer/kreasi/modern
Merupakan  tarian yang ekspresi kesenimanan tidak selalu berkiblat dari tradisi, creator mencoba mencari kebebasan ekspresi melalui alternative teknis maupun proses kreatif yan g dilakukan, tetapi sangat memungkinkan ada yang masih memanfaatkan beberapa bagian nilai tradisi sebagai sentuhan proses kreatif.
Perwujudan tari bernuansa tradisi kekinian / Kontemporer / Kreasi / Modern, antara lain :
4.1.    Tari Kencak (Surabaya)
Kencak merupakan salah satu motif gerak kaki yang ada pada tari Ngremo gaya Sawunggalingan.    Berangkat dari symbol gerak kencak ini, interpretasi dikembangkan menjadi tari kencak dengan pendekatan garap gerak tari yang lebih leluasa, tidak terikat dengan polla dan teknis gerak tari tradisi.
Tata gerak tari digarap oleh Drs. Arif Rofiq, MSi kemudian dalam perkembangannya diinterpretasikan kembali oleh Dini Ariati, SPd musik iringan tari digarap oleh Bambang Sukmo Pribadi dan Tri Broto Ws,SPd,MSi.
4.2.    Tari Gelang Room (Surabaya)
Diilhami dari tradisi mengenakan gelang pada kaki di lingkungan gadis Madura, tari gelang room digarap sebagai gambaran tentang keceriaan para remaja.    Motif gerak tari berentuhan dengan keragaman gaerak tari Madura tetapi sudah dikembangkan secara leluasa, sehingga tidak lagi bertumpu pada teknik tari Madura.
Tata gerak tari dan busana tari digarap oleh Dimas Pramuka Atmadji, SSn
4.3.    Tari Sparkling Surabaya (Surabaya)
Berangkat dari enggle Kota Surabaya yang berjudul Sparkling Surabaya, tarian ini menggambarkan kehidupan kota Surabay saat ini.
Tata gerak tari dan busana tari digarap oleh Dyastiarni,SPd, musik iringan tari digarap oleh Aris Setyawan,SSn.
4.4.    Tari Gebyar Surabaya (Surabaya)
Gemebyarnya kota Surabaya dengan berbagai aktifitas dan gemerlapan lampu di malam hari memberikan sentuhan tersendiri bagi piñata tari.  Untuk itu sentuhan keindahan yang didapat dari kehidupan masyarakat dan gemerlapan kota tersebut diungkapkannya kembali dalam tari Gebyar Surabaya.
Tata gerak tari dan busana digarap oleh Arimukti Setyorini,SPd, musik iringan taria digarap oleh Tri Broto Ws, SPd, MSi
4.5.    Tari Bias Surya (Surabaya)
Bias Surya berasal dari kata bias yaitu percikan atau pantulan dan surya adalah sinar matahari.   Dari sentuhan fisual yang nampak dari pantulan sinar matahari tersebut tari Bias Surya direfleksikan oleh piñata tari.
Tata gerak tari dan busana taria digarap oleh Arimukti Setyorini,SPd, musik iringan tari digarap oleh Tri Broto Ws,SPd, MSi

2 komentar:

  1. video tari yang diposkan diatas gda ta gan...

    BalasHapus
  2. sinopsis nya tari eblas tuh gimana?:)

    BalasHapus