Senin, 07 Maret 2011

CERPENKU.......!!!!

Lagu Terakhir Untuk Ira
Oleh : Riki Mulki
Sudah hampir dua jam Ira mondar-mandir mengelilingi kamarnya, gadis ini terlihat sangat gelisah. Berulang kali dia melirik hp kecil yang ada di tempat tidurnya, tapi tak ada satu pun pesan masuk yang tampak di hp itu.
“Kamu kemana, sih? Kok sms ku nggak di balas-balas” gerutu Ira sambil memencet nomer telepon dengan cepat.
Sebelum Ira sempat menelpon, sebuah SMS masuk dan di layar ponsel itu tertulis My Prince. Secepat kilat dia membuka SMS itu lalu membacanya dengan tidak sabar. Ternyata orang yang selama ini dia tunggu itu baru saja selesai bertanding dalam turnamen voli. Setelah membalas SMS itu, Ira memejamkan matanya untuk tidur, karena malam telah larut.
Keesokan harinya...
Seperti biasa, Ira selalu mengirimkan ucapan selamat pagi pada kekasihnya sebelum dia berangkat kuliah. Namun, hatinya kembali tak tenang ketika sang kekasih belum juga membalas SMS-nya hingga sore hari. Berkali-kali dia mengirimkan SMS, hingga akhirnya balasan yang ditunggu datang.
-aku udah solat dan makan kok-
Ira langsung membalas SMS itu, tapi setelah beberapa kali SMS-an, dia merasa ada yang aneh dengan pesan dari kekasihnya itu. Hingga akhirnya dia tahu kalau ternyata yang membalas SMS itu bukanlah Ivan pacarnya, tapi temannya. Hal itu membuat Ira sangat marah dan tidak membalas SMS itu lagi. Dia berharap pacarnya akan menghubunginya dan meminta maaf langsung padanya.
Tapi pertengkaran itu malah berlanjut hingga malam hari. Meskipun Ivan telah meminta maaf, tapi Ira masih juga kesal dengan sikap Ivan yang tidak mau membalas SMS-nya. Dan malam itu pun berakhir tanpa ada SMS dari keduanya.
Pertengkaran kedua pasangan itu berakhir dengan kata putus yang dikirimkan lewat SMS oleh Ivan. Hal itu membuat Ira yang sejak awal sudah sedih akhirnya menangis di depan sahabat-sahabatnya. Dia tidak menyangka pacar yang selama ini sangat dicintainya ternyata tega memutuskan hubungan mereka begitu saja. Namun, setelah mendengar alasan Ivan yang sudah merasa tidak nyaman lagi dengan dia, Ira akhirnya menerima keputusan itu dengan hati yang hancur.
Malam harinya, Ira yang masih stres dengan kenyataan yang menyakitkan itu mendadak jatuh sakit. Tubuhnya demam dan kadang dia menggigil. Dia berharap Ivan akan menghubunginya dan bilang kalau mereka tidak jadi putus. Tapi harapan itu, hanya menjadi harapan semata, karena tak satu pun SMS dari Ivan yang masuk ke hp-nya.

* * *
Sudah hampir seminggu Ira sakit, hingga akhirnya dia harus di rawat di rumah sakit. Tapi kondisinya belum juga membaik. Maag yang selama ini di derIranya ternyata sudah sangat parah hingga menimbulkan pendarahan. Dokter pun mengatakan kalau salah satu faktor yang menyebabkan penyakit Ira semakin parah adalah stres yang dialaminya hingga membuat kondisi tubuhnya menurun.
Gati, sahabat Ira yang paling mengerti keadaan Ira hanya bisa menatap iba tubuh sahabatnya yang sekarang terkulai lemah diatas tempat tidur. Wajahnya pucat dan tubuhnya semakin kurus. Gati sangat mengerti perasaan Ira yang merasa sangat kehilangan Ivan kekasihnya. Kadang samar-samar dia mendengar Ira menyebut nama Ivan dalam tidurnya, dan hal itu membuat Gati menangis, tak sanggup melihat penderIraan yang di rasakan oleh sahabatnya itu.
“Ta, gmn keadaan kamu sekarang?” tanya Gati ketika sahabatnya baru saja bangun.

“Alhamdulillah udah mendingan, udahlah nggak usah cemas gitu” jawab Ira, wajahnya terlihat pucat.
“Kamu masih mikirin Ivan, ya?”
“Maksud kamu?”
“Dari kemarin aku dengar kamu memanggil nama Ivan berkali-kali saat kamu lagi tidur.
Kamu kepikiran dia lagi?” tanya Gati cemas.
“Iya, aku kangen sama dia. Apa dia menghubungiku?” jawab Ira.
“Setahu aku, sih, belum ada SMS ataupun telepon dari dia. Kenapa?”
“Enggak apa-apa, cuma mau tahu aja dia peduli atau nggak” jawabnya, wajahnya terlihat sedih.
“Apa perlu aku telepon dia untuk kasih tahu keadaan kamu?”
“Enggak usah, aku nggak mau dikasihani sama dia.”
Gati hanya bisa diam mendengar jawaban sahabatnya itu. Rasa kagum dan sedih bercampur di hatinya. Kagum akan ketegaran sahabatnya itu, tapi sedih melihat penderIraan yang harus dialami Ira. Gati tahu di saat sakit seperti itu, pasti Ira ingin Ivan ada bersamanya, dan nggak meninggalkannya seperti ini.
Hampir tiga minggu Ira di rawat di rumah sakit, dan selama itu juga Gati selalu memperhatikan perkembangan kesehatan sahabatnya itu. Setiap kali Ira merasa sakit di tubuhnya ataupun tubuhnya demam, Ira selalu mendengarkan sebuah lagu ciptaan Ivan, mantan kekasihnya. Dan seperti mukjizat, keadaan Ira perlahan membaik setelah mendengar lagu itu. Gati akhirnya mengerti kerinduan Ira pada Ivan sangatlah besar hingga menyiksa seluruh tubuhnya bukan hanya hatinya.
Hingga suatu hari, tanpa sepengetahuan Ira, Gati menelpon Ivan yang ada di luar kota. Dia mencerIrakan keadaan Ira pada cowok itu, dan dia juga meminta Ivan untuk datang menemui Ira. Tapi, Ivan masih belum juga mau menemui Ira.

“Aku mohon sama kamu, Ira butuh kamu. Tolong datanglah ke Jakarta dan temui Ira walaupun hanya sebentar” ucap Gati.
“Aku belum bisa menemui dia, lagipula kehadiranku malah bisa membuat dia semakin sakit” jawab Ivan.
“Satu kali saja, tolong temui dia. Mungkin dengan bertemu denganmu dia bisa sembuh. Atau kamu akan menyesal” paksa Gati.
“Apa maksud kamu? Memang penyakitnya itu parah?”
“Datang dan lihatlah sendiri keadaan Ira sekarang. Sebelum kamu menyesal untuk selamanya” ucap Gati sebelum mengakhiri teleponnya.
* * *

Beberapa hari setelah telepon itu, Ivan mengabari Gati kalau dia akan ke Jakarta untuk menemui Ira. Gati yang mendapat kabar menggembirakan itu langsung menemui Ira. Tapi sayangnya Ira sedang tidur saat itu. Gati hanya bisa menunggu, sampai Ivan tiba di Jakarta dua hari lagi.
Hari itu akhirnya tiba juga. Ivan, orang yang selama ini di tunggu kedatangannya oleh Ira dan Gati akhirnya datang. Dia meminta Gati mengantarkannya ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, Ivan terdiam melihat keadaan gadis yang ada di kamar rawat itu. Sosok yang selama ini tidak pernah di jumpainya, kini dilihatnya dengan kondisi yang memprihatinkan. Selang infus terpasang di tangannya, matanya terpejam, tapi di kedua telinganya terpasang headset agar Ira bisa selalu mendengarkan lagu musik yang bisa menenangkan.
“Dia hanya sedang tidur. Tunggu saja, sebentar lagi juga dia bangun” ucap Gati yang berdiri di belakang Ivan.
“Sudah berapa lama dia seperti ini?” tanya Ivan, dia mulai berjalan mendekati tempat tidur Ira.

“Hampir satu bulan dia terbaring di tempat tidur itu. Sekarang coba kau dengar lagu yang sedang di dengarkan Ira” ucap Gati sambil melepas satu headset itu dan memberikannya pada Ivan.
Ivan terkejut ketika mendengar lagu itu, lagu yang pernah dia ciptakan untuk Ira dulu. Dia tidak menyangka gadis itu masih menyimpan rekaman lagu itu. Kedua matanya menatap wajah Ira yang tertidur.
“Itulah yang membuat Ira bertahan selama ini. Itu yang dia lakukan bila sedang merindukanmu. Suaramu yang sangat dia rindu” ucap Gati.
Ivan yang masih merasa terkejut perlahan memegang tangan Ira, kedua matanya tak lepas dari wajah Ira. Terlihat masih ada kasih sayang yang dalam dari tatapan itu. Tiba-tiba tangan yang di pegang Ivan bergerak, Ira bangun dari tidurnya. Dan dia terkejut ketika ada seorang cowok duduk di sampinya sambil memegang tangannya.

“Tenang, Ta. Dia Ivan, orang yang selama ini kamu rindu” ucap Gati.
“Ivan? Kenapa bisa ada disini?” tanya Ira yang masih terkejut.
“Maaf, ya. Aku yang menelpon dia dan meminta dia untuk datang menjengukmu. Karena aku nggak tega melihat kamu seperti ini terus.”
“Kenapa kamu bisa sampai kayak gini? Kenapa kamu nggak menjaga kesehatanmu?” tanya Ivan yang masih tetap menatap wajah Ira.
“Itu bukan urusanmu” sahut Ira sambil melepaskan genggaman Ivan.
“Waktu itu kamu kan udah janji, bisa terima keputusanku untuk mengakhiri hubungan kIra, dan berjanji akan baik-baik saja. Tapi kenapa sekarang kamu kayak gini?”

Ira hanya diam dan memalingkan wajahnya dari Ivan. Sementara Ivan masih terus berbicara pada Ira. Gati yang melihat itu hanya berharap keadaan Ira akan membaik setelah bertemu Ivan. Dan ternyata benar, setelah berdebat cukup lama akhirnya Ira dan Ivan mulai akrab kembali. Wajah Ira yang tadinya pucat juga mulai berubah cerah.

Pertemuan antara Ira dan Ivan terus berlangsung selama seminggu, dan selama itu keadaan Ira berangsur membaik. Suatu hari, Ira ingin pergi ke pantai bersama Ivan, dia ingin melihat sunset bersama orang yang di cintainya. Walaupun awalnya dokter, orang tua Ira, dan Ivan tidak setuju, tapi demi kesembuhan Ira, akhirnya mereka menyetujui permintaan Ira itu. Dan pergilah mereka berdua ke pantai untuk melihat sunset.

Di pantai itu, Ivan menyanyikan lagu yang baru di buatnya untuk Ira. Lagu yang liriknya adalah ciptaan Ira, dulu dia pernah meminta Ivan untuk menciptakan lagu dari lirik yang dibuatnya. Dan kini lagu itu telah selesai dan Ivan menyanyikannya secara langsung untuk Ira.
Keadaan yang sangat romantis itu membuat Ira bahagia. Berkali-kali dia tersenyum dan tertawa saat bersama Ivan. Kebahagiaan yang entah akan bertahan sampai kapan.

“Aku bahagia banget hari ini, karena bisa pergi sama kamu, tertawa dan melihat sunset bersama kamu. Dan yang lebih membahagiakan, aku bisa mendengar lagu itu secara langsung” ucap Ira sambil memandang langit.
“Aku juga senang bisa jalan sama kamu. Makanya kamu harus cepat sembuh, nanti kIra bisa jalan-jalan lagi” sahut Ivan.
“Iya. Rasanya aku nggak ingin ini berakhir, aku ingin terus bersama kamu. Bahagia seperti ini.”
Ivan hanya bisa tersenyum mendengar ucapan Ira. Lalu mencium kening Ira dengan lembut. Ira yang terkejut hanya bisa menatap Ivan, lalu tersenyum.
“Aku sayang kamu. Cepat sembuh, ya” ucap Ivan.
Air mata mengalir dari mata Ira. Suasana mengharukan itu terlihat sangat membahagiakan. Setelah itu mereka kembali ke rumah sakit karena Ira masih harus di rawat.
* * *

Sebuah kabar mengejutkan membuat Ivan dan Gati datang ke rumah sakit lebih pagi dari biasanya. Keadaan Ira yang belakangan ini mulai membaik, tiba-tiba drop. Semua dokter dan perawat sibuk mengatasi keadaan itu. Sedangkan Ivan, Gati dan keluarga Ira hanya bisa menunggu dan berdoa dari luar ruang ICU.
Setelah beberapa lama menunggu, akhirnya dokter membolehkan mereka untuk masuk ruangan itu dan melihat kondisi Ira yang sudah sadar. Wajah gadis itu semakin pucat dan tubuhnya dingin. Tapi dia masih tersenyum saat melihat keluarga dan dua orang yang berharga baginya itu masuk ke kamarnya.
“Kamu nggak apa-apa kan, sayang?” tanya orang tua Ira.
“Aku baik-baik aja kok, Bu” sahut Ira yang masih lemah.
“Ivan, aku mau mendengar kamu menyanyi. Tolong nyanyikan lagu itu sekarang. Aku mau dengar” ucap Ira dengan suara yang hampir seperti bisikan.
“Nanti saja, sekarang kamu istirahat dulu” sahut Ivan.
“Aku mau mendengarnya sekarang. Aku lelah, ingin istirahat. Aku ingin mendengar lagu itu untuk menemani tidurku.”
“Nyanyikan saja” ucap Ibu Ira.
Akhirnya Ivan menyanyikan lagu yang ingin di dengar Ira itu. Tangannya menggenggam tangan Ira yang dingin, Ira juga menggenggamnya dengan erat seperti tak mau lepas lagi. Perlahan matanya terpejam dan akirnya dia tertidur. Tapi bukan tidur biasa, karena monitor yang menunjukkan gerakan jantung Ira perlahan berhenti, hingga akhirnya sebuah garis muncul di monitor itu. Dan tak ada lagi pergerakan grafik detak jantung Ira. Ivan yang dari tadi menggenggam tangan Ira merasa tangan Ira perlahan melepas genggamannya.

Mereka terus memanggil Ira, tapi dia tidak juga membuka matanya. Dokter juga sudah mengatakan kalau Ira telah pergi untuk selamanya. Air mata seperti tak bisa berhenti mengalir dari mata keluarga, Gati dan Ivan. Mereka tidak menyangka, Ira yang mereka kira akan segera sembuh ternyata meninggalkan mereka secepat itu.
Begitu juga Ivan, dia tidak mengira kalau lagu yang dia nyanyikan itu adalah lagu terakhir untuk Ira. Sebelum wajah Ira di tutupi kain putih, Ivan mencium kening gadis yang pernah di cintainya itu dengan lembut.
“Selamat jalan, sayang. Maafkan aku yang telah membuatmu seperti ini. Semoga kau tenang disana.”
Wah, cerpen remaja ini endingnya sedih banget, yah...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar