Senin, 28 Februari 2011

kumpulan puisi jangar

keangkuhan membuat kita buta..
bahwa sejatinya cinta itu selalu ada..
menjelma dari hati ke hati..
Dan membuai bagaikan gelembung di permukaan..


Cinta bagaikan tulang belulang..
Yang tersusun rapi disetiap jengkalnya...
Bersatu padu dari ujung ke ujung..
Dan tak mudah patah walau besi merajamnya..


sangkakala yang bertiup disurga nyata..
menyatakan hati yang tak berkesudahan..
Kata-kata cinta yang terucap melekat..
Dan merasuk menjadi tubuh yang kuat..


Bayangkanlah cinta itu rapuh..
Ego dan dengki memisahkan ujungnya...
Bagai jembatan yang tiada tiang..
Dia kan roboh tak sisakan kenangan..


Tapi taulah jika kau menyelaminya..
Bahwa dasarnya cinta adalah sejati..
Kau kan saling memehami..
Kokohnya cinta setiamu yang kuatkannya..

ika ini memang jalan cintaku
ku ingin tersenyum untuk mu
meski luka menyayat di setiap sisi hati ku


Lihat aku kini yang telah rapuh
Ku tunggu diri mu tuk jdi milikku seutuhnya..
Sungguh ku tak ingin jika harus berbagi cinta dgnnya
Kasih
Ku simpan setiap tetes tangisku
Ku simpan setiap gundah hatiku
Ku coba luka ku menjadi senyum ku
Ku tak ingin kau terluka saat kau tau ku terluka kerena cinta mu


Aku disini masih bertahan untuk mu
Namun ku tak tau sampai kapan ku mampu menunggu
Haruskah sampai luka ini membeku???

segala kisah yg tersirat adalah hasrat…
dimana pandangan tak seindah harapan…
saat drimu hilang memudar…
tenggelam dalam kehidupan hampa ku…


biarkan aq menjadi milikmu..
dan jgn pernah tingglkan aq lg…
terangi aq dgn beribu warna…
meski lelah bersandar di pundakmu…


biarlah cinta ini berjalan…
meski kita berbeda dunia…
jgn pernah akhiri ini….
biarkan berlarut dalam asa dan jiwa…


sungguh sunyi tak bertuan dri ku..
hingga aku sadar…
engkau pergi…
untuk akhiri kisah ini..


ku mohon padamu…
hilangkan saja nyawa qu…
agar kau mengerti…
btp aq bgtu menjaga cinta kita…

Saat aku harus melepaskan semua cinta…
Saat aku harus mengorbankan semua rasa yang ada
dihatiku…


Aku tersenyum, tertawa riang didepanmu
seolah tk pernah ad luka dihatiku..


ketegaran yang kuperlihatkan dihadapan mu
membuat diriku rapuh dalam kesendirian..


kau tak mengerti..
Senyuman itu HAMPA
tawa itu AIR MATA


Aku melepaskanmu bukan berarti aku
merelakanmu u/ nya..
tapi karena ku terlalu mencintaimu..


Demi kebahagiaanmu aku bisa menerima kenyataan ini
walaupun pahit..

Disudut malam aku berdiri
Menangis seperti rintik hujan dini hari
Tak juga kutemukan arti
Pun kau juga tak pernah mau mengerti.


Siapa dia yang berdiri dipintu hati,
Hingga ketulusanku tiada lagi berarti?
Aku terluka disudut dihati,
Tidakkah kau lihat itu kekasih hati?


Kesetianmu sungguh sudah mati,
Akankah dia bangkit kembali?
Akankan mengerti setiap detik aku masih menanti?
Karena sempurna cintaku tak mungkin mati.


Tak ingin lagi aku pergi,
Disini saja aku menanti.
Berharap suatu saat nanti,
Kau 'kan kembali datang kesudut hati.

Saat ku telah begitu menikmati hari-hari
Bila bisa ku ingin waktu sejenak berhenti
Ku ingin memelukmu erat
Tak kan ku lepaskan lagi


Bagaimana bisa ku membiarkanmu berlalu
Di saat ku terlanjur jatuh hati padamu
Aku berdiri di sini menahan nafasku
Menunggumu mengubah keputusan itu
Bila ku bisa menghentikan waktu
Kau pasti tak jadi pergi


Ku tak tau apa salahku
Hingga kau memaksa untuk pergi
Kalau memang cintaku menyiksamu
Kau bilang saja padaku
Carikan cara untukku
Agar ku bisa berhenti mencintaimu
Karena aku sendiri sudah tak tau


Terlanjur jauh sudah ku jatuh hati padamu
Tak bisa berhenti mencintaimu
Aku harus bagaimana..??

Ku harap kau tak pernah berubah
Selalu mencintaiku seperti aku mencintamu
Badaipun akan ketumpuh
Dan bintang dilangit pun akan kuraih
Demi cintamu hanya untukku


Cintamu sudah bagaikan candu
Aku selalu ketergantungan cintamu
Aku selalu ingin ada disampingmu
Aku jadi kaku dan bisu bila tanpamu
Hinggaku tak bisa berpaling darimu


Cintaku telah berlabuh dijiwamu
Biarku rapatkan cintaku padamu
Berhenti selamanya dihatimu
Dan kan kukaramkan tuk selamanya
Hingga menyatu di dermaga Jiwamu

SYI'AH MENURUTKU

AWAL MULA KEMUNCULAN DAN PERKEMBANGAN SYI’AH
OLEH : RIKI MULKI
Etimologi dan Terminologi Syi’ah

Syi’ah menurut etimologi mempunyai beberapa arti diantaranya ialah sekumpulan orang yang menyepakati suatu perkara, sekelompok atau segolongan orang dan pengikut.

Sedangkan syi’ah menurut terminologi tertuju kepada satu sekte (firqah) yang mengaku sebagai pengikut dan pendukung setia Ali bin Abi Thalib dan keturunanya, sehingga Syi’ah menjadi nama yang khusus bagi mereka.

Dr. Abdul Halim Mahmud mengatakan bahwa syi’ah bukanlah firqah diniyyah sebagaimana yang disebutkan dalam definisi syi’ah di atas, tetapi ia tidak lebih dari sebuah hizb dini (partai agama) dengan alasan karena syi’ah terlahir dari konflik politik yang terjadi antara Ali dan Mu’awiyyah dan bukan karena pemikiran keagamaan (aqidah). Dr. Abdul Halim Mahmud membedakan antara istilah firqah diniyah dan hizb dini. Menurutnya firqah diniyah terlahir disebabkan oleh perbedaan pemikiran keagamaan berbeda lagi dengan hizb dini yang terjadi karena persoalan politik semata dan jauh dari urusan aqidah.

Adapun Muhammad Abu Zahrah mempunyai istilah yang lain lagi untuk syi’ah ini. Menurutnya syi’ah itu termasuk salah satu madzhab siyasiyyah (aliran politik) dengan alasan yang sama dengan Dr Abdul Halim Mahmud yang memasukan syi’ah ke dalam kategori hizb dini. Yaitu kemunculannya yang disebabkan konflik politik dan pemikirannya mengenai imamah. Muhammad Abu Zahrah membagi madzhab menjadi tiga, yaitu madzhab siyasiyyah yang terlahir karena politik, madzhab aqidiyyah yang terlahir karena pemikiran keagamaan (aqidah) dan madzhab fiqhiyyah yang terlahir karena perbedaan metode dalam mengistinbath hukum (fiqih).

Dari ketiga istilah di atas yang secara etimologi berbeda tetapi sebenarnya secara substansi sama. Dr. Abdul Halim Mahmud membedakan antara firqah dengan hizb—yang jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia berati kelompok atau golongan—hanya ingin membedakan mana aliran yang lahir karena persoalan politik dan mana aliran yang muncul karena perpedaan pemikiran keagamaan atau keyakinan (aqidah). Begitu juga dengan Muhammad Abu Zahrah yang memberikan istilah madzhab siyasiyyah terhadap syi’ah karena ingin membedakan dengan aliran lainnya yang muncul disebabkan oleh persoalan selain politik.

Kesimpulannya syi’ah bisa disebut firqah, madzhab atau juga hizb karena semuanya mempunyai arti dan substansi yang sama yaitu menunjukkan kepada sebuah golongan, kelompok atau aliran.

Asal Mula Munculnya Syi’ah

Mengenai asal munculnya syi’ah ini ada beberapa pendapat yang berbeda. Ada yang berpendapat bahwa syi’ah muncul karena sinkretisme Islam dengan ajaran agama Persia. Dengan alasan bahwa umat islam termasuk penganut demokrasi (kebebasan dalam memilih pemimpinnya melalui pemilihan/musyawarah) mereka tidak mengenal kekuasaan warisan sebagaimana yang menjadi ajaran pokok agama Persia, bahwa raja yang akan mati telah mewasiatkan dan mewariskan kerajaannya kepada anaknya dan begitu seterusnya. Dan itu tampak dengan jelas sekali dalam keyakinan syi’ah bahwa yang berhak menjadi khalifah setelah Rasulullah Saw. meninggal ialah sepupunya Ali karena disamping beliau tidak meninggalkan anak juga karena Ali adalah keluarganya yang paling dekat. Itulah argumen yang berpendapat bahwa syi’ah muncul dari ajaran Persia, dan Prof. Dawzen adalah salah seorang dari mereka.

Pendapat lain mengatakan bahwa munculnya syi’ah dikarenakan ajaran Yahudi yang mempengaruhinya dengan alasan bahwa Abdullah bin Saba lah sebagai pemrakarsa aliran ini, sebagaimana yang dikatakan oleh Prof. Walhawzen. Di dalam sebuah riwayat yang diriwayatkan oleh orang-orang syi’ah, Abdullah bin Saba adalah seorang Yahudi yang masuk islam pada masa Ali memerintah. Ketika ia menghadap Ali ia mengatakan bahwa Ali adalah Tuhan dan dirinya sebagai nabinya. Ali pun marah dan menyuruhnya untuk bertobat tetapi ia menolak, maka iau pun dihukum dengan cara dibakar.

Kedua pendapat di atas dibantah oleh Dr. Abdul Halim Mahmud. Ia mengatakan bahwa syi’ah tidak lahir karena pengaruh dari ajran Persia maupun Yahudi tetapi ia sudah ada lebih dahulu sebelum terjadinya sinkretisme. Syi’ah lahir secara alami, yaitu karena simpati segolongan kaum muslimin terhadap Ali dan keturunanya.

Dan pendapat tersebut dikuatkan oleh Muhammad Abu Zahrah yang mengatakan bahwa benih-benih syi’ah ini sudah tampak di akhir masa pemerintahan Utsman Bin Affan. Bahkan diantara segolongan kaum muslimin yang simpati (menganggap Ali sebagai afdhalu al-Shahabah) terhadap Ali, seperti: Ammar bin Yasir, Miqdad bin Aswad, Abu Dzar al-Ghifari, Salman al-Faritsi, Jabir bin Abdullah, Ubay bin Ka’ab, Hudzaifah, Buraidah, Abu Ayyub al-Anshari, Sahl bin Hanif, Utsman bin Hanif, Abu al-Haitsam bin al-Tihan, Abu Thufail bin ‘Amir bin Wailah, ‘Abbas bin Abdu al-Muthalib dan seluruh bani Hasyim.

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa kecintaan mereka terhadap Ali itu sama sekali murni karena kelebihan yang dimiliki Ali baik ilmu, akhlaq dan juga kedekatan nasabnya dengan Nabi Saw. Dan sama sekali jauh dari pengaruh ajaran Persia, Yahudi ataupun ajaran asing lainnya.

Dengan demikian para sahabat itu bisa dikatakan syi’ah karena sesuai dengan definisi syi’ah di atas (versi Muhammad ‘Imarah). Tetapi perlu dicatat bahwa syi’ah pada masa awalnya hanya sebatas sekelompok orang yang simpati dan mendukung Ali, tidak lebih dari itu.

Tidak seperti syi’ah yang ada sekarang yang mempunyai keyakinan bahwa Rasulullah Saw. sudah mewasiatkan secara eksplisit dan implisit siapa yang akan menggantikan beliau ketika wafat, dan menurut mereka itu adalah Ali. Dan jika kita merunut sejarah syi’ah, keyakinan mengenai wasiat ini baru muncul pada masa imam syi’ah yang keenam yaitu Ja’afar al-Shadiq. Jadi sebelumnya keyakinan seperti itu belum ada.

Dan penjabaran di atas pun bisa sebagai bukti bahwa Syi’ah merupakan madzhab siyasah yang pertama di dalam Islam. Walaupun pendapat lain mengatakan bahwa firqah yang pertama itu ialah Khawarij dengan alasan merekalah yang pertama memisahkan diri dari shaf kaum muslimin.

Tetapi hal itu bisa terjawab dengan penjabaran sebagai berikut. Pada masa terpilihnya Abu Bakar Umar dan Utsman menjadi khalifah seluruh kaum muslimin sepakat dan tidak segolonganpun yang menolak. Tetapi ketika ‘Ali terpilih menjadi khalifah seluruh kaum muslimin mendukungnya kecuali Bani Umawiyyah yang menuntut Ali untuk mengadakan investigasi pembunuhan Utsman tetapi Ali menolak sehingga terpecahlah shaf kaum muslimin pada saat itu menjadi dua golongan. Golongan yang mendukung Ali (syi’ah) dan golongan yang mendukung Mu’awiyyah. Baru setelah Majlis Tahkim terjadi muncullah golongan yang ketiga yang tidak menyetujui tahkim tersebut yang dinamai Khawarij yang asalnya merupakan golongan Ali. Jadi sebenarnya kalau dirunut rentetan kejadiannya seperti itu jelaslah bahwa Khawarij merupakan golongan ketiga setelah golongan Ali (syi’ah) dan golongan Mu’awiyyah.

Dari penjabaran di atas juga bisa diambil kesimpulan bahwa yang menjadi sebab timbulnya perpecahan di kalangan umat islam pertama kali bukan dikarenakan perbedaan keyakinan dan pemikiran mengenai pokok agama tetapi melainkan dikarenakan persoalan politik semata. Tetapi karena Syi’ah sebagai aliran politik islam, maka tentu tidak akan bisa terlepas dari hubungannya dengan agama Islam, baik itu dari segi aqidah, keimanan maupun fiqihnya sekalipun. Oleh karena itu mereka membangun prinsip-prinsip dan landasan pemikiran mereka dengan menjadikan agama sebagai penopangnya. Sehingga tidak aneh kalau ada diantara ajaran-ajaran agama yang disalahtafsirkan atau dengan kata lainnya diselewengkan supaya bisa sejalan dan selaras dengan pemikiran mereka. Dan itulah yang terjadi juga pada aliran-aliran lainnya selain Syi’ah.

Syi’ah berkembang dan tumbuh subur di Irak, di samping karena Irak sebagai pusat pemerintahan Islam pada zaman Ali juga karena memang Irak merupakan lahan yang kondusif untuk berkembangnya aliran-aliran pemikiran baru. Hal itu disebabkan Irak yang merupakan tempat terjadinya asimilasi beberapa peradaban kuno seperti, Persia dan Kaldan sebagai tuan rumah. Ditambah dengan filsafat Yunani dan India. Sehingga tidak aneh kalau asimilasi dari beberapa peradaban itu melahirkan aliran pemikiran baru. Sebagai bukti bahwa Syi’ah ikut terbumbui oleh ajaran Persia ialah dalam masalah Imamah. Mereka menganggap bahwa imamah harus diwariskan secara turun temurun, bukannya diserahkan kepada rakyat yntukmemilih pemimpin yang dikehendakinya melalui pemilihan atau musyawarah. Dan itulah yang menjadi inti ajaran Syi’ah. Mereka berpendapat bahwa sebenarnya orang yang berhak menggantikan Nabi Saw. untuk memimpin umat Islam ialah keturunannya. Dikarenakan beliau tidak mempunyai anak laki-laki, maka Ali lah yang paling berhak karena dialah yang paling dekat nasabnya dengan Nabi Saw. disamping kelebihan dan keutamaan lain yang dimilikinya. Dan setelah Ali wafat maka yang berhak untuk menggantikannya ialah anak cucu dan keturunanya. Imamah menurut mereka adalah bagian dari aqidah dan bukan masalah ijtihadi.

Dari sini bisa kita satukan antara pendapat yang mengatakan bahwa kemunculan syi’ah merupakan pengaruh ajaran Persia. Dan yang lain mengatakan bahwa kemunculan syi’ah merupakan pengaruh dari ajaran Yahudi. Maka kalau bisa kita simpulkan bahwa syi’ah muncul karena konflik politik yang terjadi pada masa Ali, yang seiring dengan bergantinya zaman terpengaruh oleh kedua ajaran tersebut sehingga keyakinan syi’ah sekarang sudah bukan murni lagi ajaran Islam yang sebenarnya dan sudah melebar permasalahannya ke masalah keyakinan. Padahal pada masa awal syi’ah muncul hanya terbatas pada persoalan politik saja.

(Bersambung ….)

PSIKOLINGUISTIK

JAWABAN PSIKOLINGUISTIK
Riki Mulki
1. Konsep dasar psikolinguistik
Istilah “psikolinguistik” merupakan ilmu antardisiplin
psikologi dan linguistik, yang menelaah dan membahas beberapa
hal, antara lain: (a) hubungan bahasa dengan otak  serta kejiwaan;
(b) proses penyandian  (encoding) dan pemahaman sandi (decoding);
(c) pengetahuan bahasa, pemakaian bahasa, dan perubahan bahasa;
(d) proses yang terjadi pada pembicara dan pendengar di   dalam
kaitannya dengan bahasa;  (e)  pemerolehan bahasa dan perilaku
linguistik;  (f)  hubungan kebutuhan ekspresi dan komunikasi; (g)
perkembangan bahasa anak;  dan  (h)  proses psikologis dalam
pembentukan atau pemahaman kalimat.
    
2.  Lingkup Psikolinguistik
  Objek psikolinguistik adalah  bahasa, gejala jiwa, dan
hubungan di  antara keduanya. Bahasa yang berproses dalam jiwa
manusia yang tercermin dalam gejala jiwa. Bahasa dilihat dari
aspek psikologis, yakni proses bahasa yang terjadi pada otak
(mind), baik pada otak pembicara maupun otak pendengar. Aspek-
aspek yang penting dalam cakupan garapan psikolinguistik, antara
lain:  (a)  kompetensi (proses bahasa dalam komunikasi dan
pikiran); (b)  akuisisi (pemerolehan bahasa); (c)  performansi (pola
tingkah laku berbahasa); (d) asosiasi verbal dan persoalan makna;
(e)  proses bahasa pada orang abnormal; (f)  persepsi ujaran dan
kognisi; dan (g) pembelajaran bahasa.
  Psikolinguistik memiliki subdisiplin, antara lain,
psikolinguistik teoretis, psikolinguistik perkembangan, psikoli-
nguistik sosial, psikolinguistik edukasional, neuropsikolinguistik
psikolinguistik eksperimen, dan psikolinguistik terapan.

 2

3. Sejarah psikolinguistik
Psikolinguistik dimunculkan pada  tahun 1950 oleh George
Miller & Charles Osgood.  Setahun kemudian, diadakan  Seminar
Psikolinguistik di Universitas Cornell dengan  sponsor The Social
Science Research Council (SSRC), yang melibatkan 5 pakar, yakni 3
pakar psikologi (John Caroll, Charles Osgood, Thomas A. Sebeok)
dan 2 pakar linguistik (Joseph Greensberg,  Floyd Lounsbury).
Kemudian, terbitnya buku psikolinguistik yang  pertama, yakni
Psycholinguistics: A Survey of Theory and Research Problems  (Osgood
& Sebeok, 1954).
Sosialisasi psikolinguistik  dilakukan melalui jurnal seperti
pada  International Journal of American Linguistics dan The Journal of
Abnormal and Social Psychology. Usaha itu diperluas oleh Southwest
Project in Comparative Psycholinguistics  dengan mengadakan
konferensi di berbagai tempat dengan topik: (1) “Kedwibahasaan”
di Universitas Columbia, 10-111 Mei 1954; (2) “Isi Psikolinguistik”
di Universitas Illinois, 9-10 Pebruari 1955; (3) “Proses Asosiasi dlm
Prilaku verbal” di Universitas  Minnesota, 25-26 April 1955; (4)
“Dimensi Makna Analisis dan Pendekatan Eksperimental” di
Universitas Yale, 17-18 Mei 1956; (5) “Gaya bahasa” di Universitas
Indiana, 17-19 April  1958; (6)  “Apasia” di Universitas Boston, 16
Juni-25 Juli 1965; (7)  “Kesejagatan Bahasa” di Gold House, Dobbs
Ferry, 13-15 April 1961; dan (8)  The Annual Symposium of the
Association Francaise de   Psychologie di Neuchatel, 1962.
    Perkembangan psikolinguistik tampak dengan terbutnya
buku-buku seperti: (a)  Trends in Content Analysis  (I de Sole Pool
(Ed.), 1959); (b) Style in Language (Sebeok (Ed.), 1960); (c) Approaches
to the Study of Aphasia  (Osgood & Murray S. Miron, 1963); (d)
Universals of Language  (Greensberg, 1963); (e)  Psycholinguistics: A
Book of Readings  (Sol Saporta (Ed.), 1961); (f)  Psycholinguistics: A
Survey of Theory and Research Problems  (Osgood & Sebeok (Ed.),
1965); (g) A Survey of Psycholinguistics Research 1954-1964  (Diebold 3

& Miller,  1965); (h)  Language & Language Acquisition  (Lowenthal,
Vandamme,    Cordier, 1967); (i)  Papers on Language Acquisition,
Language Learning and Language Teaching,  (Henning Wode (Ed.),
1983); (j)  Psycholinguistics: An Introduction to The Psychology of  
Language  (Foss Donald & David T.hakes (1978); (k)  Handbook of
Applied Psycholinguistics: Major Thrusts of  Research and Theory
(Rosenberg Sheldon (Ed.), 1982); dan (l)  Psycholinguistics  (Michael
Garman, 1990).
  Di Indonesia perkembangan psikolinguistik ditengarai
dengan terbitnya buku:  Psikolinguistik  (Samsunuwiyati Marat,
1983);  Psikolinguistik  (H.G.Tarigan, 1985);  Psikolinguistik Moden
(Mangantar Simanjuntak, 1987); Aspek-aspek Psikolinguistik  (Mansur
Pateda, 1990);  Psikolinguistik  (Sri Subyakto-Nababan, 1992);
Psikolinguistik  (Soenjono  Dardjowidjojo, 2002); dan  Psikolinguistik
(Abdul Chaer, 2003)


4. Transformasi sebagai dasar kelahiran psikolinguistik
  Istilah  “transformasi” lahir dari konsep Avram Noam
Chomsky yang beraliran mentalisme dengan sebutan Tatabahasa
Transformasi Generatif. Konsep ini diawali oleh bukunya yang
berjudul  Syntactical Structure  (1957) dan  Aspect of the Theory of
Syntax  (1965). Ada .... hal penting berkaitan dengan teori
transformasi, yakni tatabahasa, .
  Pertama, tata bahasa adalah teori suatu bahasa. Unsur utama
tata bahasa adalah kalimat. Kalimat yang dihasilkan harus diterima
oleh pemakai bahasa  (external conditions of adequacy).  Tata bahasa
harus general (condition of generality).  Tata bahasa (grammar)
merupakan seperangkat maujud yang  dikuasai oleh kaidah
bersusun (ordered rules) atau kaidah modifikasi (modification of
rules). Tata bahasa berkaitan dengan tiga komponen: fonologis,
sintaktis, dan semantis.  Komponen sintaktis (syntactic component) 4

adalah sentral. Di dalamnya berisi kaidah  (rules) dan leksikon
(lexicon) serta relasinya, yang menurunkan adegan batin (deep
structure) menjadi adegan lahir (surface structure). Adegan batin dan
adegan lahir dihubungkan melalui kaidah transformasi
(transformational rules).  Komponen semantis (semantic component)
diasosiasikan secara mendasar pada adegan batin, yang
menghasilkan representasi semantis (semantic representation).
Komponen fonologis (phonological component) diasosiasikan secara
mendasar pada  struktur  lahir, yang menghasilkan representasi
fonetis (phonetic representation).
  Kedua, struktur batin (deep structure) dan struktur lahir
(surpace structure).  Struktur batin adalah output dari kaidah
struktur frase dan leksikon serta input pada transformasi dan
komponen semantis; biasanya mendasari kalimat atau frase.
Struktur lahir adalah output dari transformasi dan input
komponen fonologi; biasanya berupa hubungan gramatikal antara
kata-kata dalam frase atau kalimat.  
  Ketiga, penutur bahasa berkaitan dengan kompetensi dan
performansi.  Kompetensi (competence) merupakan pengetahuan
yang dipunyai oleh  pemakai bahasa tentang bahasanya, baik
fonologis, sintaktis, maupun semantis.  Kompetensi enjadi objek
tatabahasa generatif. Oleh karena itu, tatabahasa harus mampu
menggambarkan kemampuan pemakai bahasa.  Sementara,
performansi (performance)  merupakan  pemakaian bahasa dalam
keadaan yang nyata atau sebenarnya.  
  Keempat, kompetensi penutur bahasa berkaitan dengan
kreativitas bahasa  (language creativity) atau produktivitas bahasa
(language productivity)  yang merupakan ciri keuniversalan bahasa.
Kreativitas bahasa memiliki empat aspek, yakni (a) ketakterbatasan
ekspresi lunguistik,  (b) relatif bebas dari pengawasan stimulus, (c)
keserasian ujaran dengan keadaan, dan (d) kesanggupan mencipta
leksikon baru. 5

5. Aliran Mentalisme
  Tatabahasa transformasi generatif yang dipelopori oleh
Chomsky dan mendasari kemunculan psikolinguistik, bertolak dari
paham psikologi mentalisme. Paham ini memiliki ciri-ciri, antara
lain:
(a) Pikiran (mental) seseorang mempengaruhi bahasa.
(b) Setiap orang lahir dianugrahi kemampuan berbahasa (innate
ability)
(c) Tatabahasa merupakan sekumpulan kaidah fonologis,
sintaksis, dan semantis.
(d) Penutur bahasa memiliki  kompetensi  yang mampu
mentransformasikan struktur dasar ke dalam struktur luar
yang merupakan performansi.
(e) Terdapat kreativitas bahasa, yakni dengan unsur dan kaidah
yang terbatas dapat menciptakan beribu-ribu kalimat yang
tiada terhingga.
(f)  Di dalam bahasa terdapat struktur batin  (struktur dasar
yang tak teramati) dan struktur lahir (tulisan atau ujaran).
(g) Terdapat pemerolehan (akuisis) bahasa dan pembelajaran
bahasa.